• Jum'at, 26 April 2024
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara



Deputi Bidang Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Alimuddin

TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur tentunya harus ada kepedulian dari semua pihak baik masyarakat, generasi muda maupun mahasiswa ikut terlibat pada pembangunan bangsa.

Dan kehadiran IKN juga memastikan berkolaborasi dengan tetap mempertahankan budaya lokal. Oleh karena itu dengan datangnya orang luar yang banyak pasti akan terjadi akulturasi dan asimilasi budaya.

Deputi Bidang Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Alimuddin mengatakan karena Ibu Kota Negara ada di Kalimantan Timur, dan harus dipastikan pembangunan IKN itu harus melibatkan masyarakat lokal Kalimantan Timur. Tentu yang paling cepat di penajam dan sepaku.

"Tapi juga memastikan bahwa mitra-mitra IKN ikut terlibat. Yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana generasi muda siap melakukan transformasi yang besar. Karena IKN adalah smart and forest city kita akan hidup berdampingan dengan alam."kata Alimuddin Jum'at (10/3/23).

Dimana nantinya hutan yang sudah tidak semestinya itu akan kembali dijadikan hutan seperti tahun 70-80 an sehingga dia akan menjadi hutan tropis dengan harapan akan zero carbon.

"Bayangkan penduduk IKN nanti jumlah maksimalnya 2 juta orang, kenapa 2 juta karena konsepnya jadi wilayah zero carbon dengan 60% untuk area hijau dan 40% untuk permukiman penduduk yang dianggap mampu menjadikan wilayah IKN zero carbon." ungkapnya.

Selain itu, dalam pembangunan IKN nantinya tetap mempertahankan budaya itu bukan berarti kebudayaan itu berubah. Kebudayaan sekarang adalah hasil perubahan-perubahan, tapi titik berat sebuah kebudayaan makna didalamnya itu yang tidak boleh berubah.

Misalkan kalau dulu orang menari harus menggunakan bulu beneran, sekarang tidak ada bulu kan boleh mengasosiasikan sebuah benda sebagai bulu.

"Satu sisi kita harus mempertahankan yang sifatnya lokal, tapi nusantara tetap menjadi pilihan. Jadi dua-duanya harus tetap berjalan. Budaya nusantara muncul kemudian budaya lokal tetap dipertahankan." tutupnya. (*dri)

Pasang Iklan
Top