• Sabtu, 20 April 2024
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara



H Muhammad Taufik

TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Kelapa Sawit menjadi komoditas andalan dan menghasilkan produksi terbesar dari sektor perkebunan di Kutai Kartanegara (Kukar), untuk itu Dinas Perkebunan (Disbun) Kukar menargetkan produksi kelapa sawit di tahun 2023 ada kenaikan dari tahun sebelumnya

Diketahui ada 7 komoditas strategis perkebunan yang merupakan unggulan nasional yaitu kelapa sawit, kelapa dalam, lada, karet. Kemudian komoditas yang diandalkan itu ada kopi, kakao, aren.

Kepala Dinas Perkebunan Kukar H Muhammad Taufik mengatakan dari 7 komoditas yang menjadi andalan adalah kelapa sawit karena sudah ekspor kemudian karet, namun untuk lada yang agak menurun baik luasnya maupun produksinya menurun karena ada alih fungsi lahan.

Ia menyebut pada tahun 2022 Disbun Kukar menargetkan untuk produksi kelapa sawit dari perkebunan rakyat sebanyak 283.366 ton dan Perusahaan Besar Sawit (PBS) sebanyak 2.483.302 ton. Sementara di tahun 2023 ini ditargetkan sebanyak 297.032 ton untuk perkebunan rakyat dan 2.801.530 ton untuk PBS. Kenaikannya 12% dari tahun sebelumnya.

"Kita berharap tahun 2023 ini harga semua komoditas perkebunan ada kenaikan. Kemudian nila tukar petani kita 2022 sudah alhamdulilah sudah mencapai 156 (indeks nilai tukar petani) diharapkan bisa meningkat pada tahun 2023." kata Muhammad Taufik kepada KutaiRaya.com Kamis (19/1/23)

Menurutnya salah satu yang berperan meningkatnya adalah harga komoditas itu membaik walaupun harga produksinya naik, tapi kalau harga komoditasnya membaik itu nilai tukar petani. Tapi Disbun Kukar juga berusaha supaya harga input produksinya itu tidak naik, seperti pupuk dan mudah-mudahan tidak terjadi kenaikan yang besar.

"Saat ini untuk harga yang telah ditetapkan pemerintah juga bagi yang bermitra dengan perusahaan harus menerapkan harga penetapan oleh pemerintah provinsi. Kalau untuk tahun ini harga sawit hampir sama dengan akhir tahun 2022 yaitu Rp 2.300 per kilogram. Harga ini bagi yang bermitra dengan perusahaan, kalau untuk mandiri beda lain pabrik lain penerimanya dan lain harganya."jelasnya.

Muhammad Taufik menambahkan ada beberapa keluhan yang dirasakan oleh petani yang mempengaruhi produktivitas itu masih belum mencapai titik ideal. Salah satu penyebabnya adalah pemanenan tidak bisa dilakukan secara maksimal karena kondisi prasarananya ada jalan masuk orang tidak bisa mengeluarkan sawit dan dibiarkan saja membusuk di pohon. Kemudian ada beberapa lokasi yang dibiarkan jatuh sehingga itu berdampak pada tidak dihitung sebagai produksi seolah-oleh rendah, sebetulnya produktivitasnya ada.

"Dimana jalan produksi ini menjadi faktor penting jalan untuk mengeluarkan prodak komoditas dari kebun itu penting. Oleh karena itu di program Kukar Idaman khususnya di Dinas Perkebunan itu dialokasi untuk melakukan sinergi, melakukan kolaborasi dengan perusahaan untuk perbaikan maupun pengerasan jalan produksi perkebunan. Upaya ini salah satu untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun." tutupnya. (*dri)

Pasang Iklan
Top