• Rabu, 24 April 2024
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara



(Petugas Lapas Tenggarong Rini Risnawaty)


TENGGARONG (KutaiRaya.com) - Perawakannya sedang dan gaya yang humoris serta ceria, itulah kesan pertama yang ditangkap dari sosok Rini Risnawaty, salah satu petugas Lapas Tenggarong yang kesehariannya bertugas sebagai operator sistem database Pemasyarakatan khusus program integrasi sejak tahun 2014.

Rini, begitu biasa dirinya disapa sejak tahun 2010 telah bertugas di Lapas Tenggarong tentu banyak suka duka yang telah dilaluinya selama 11 tahun bertugas termasuk pada masa pandemi COVID-19 yang telah melanda Indonesia sejak tahun 2020 lalu.

Perlu diketahui sejak tahun 2020, Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM mengeluarkan peraturan menteri tentang pelaksanaan program asimilasi bagi narapidana, yang salah satu tujuannya sebagai langkah pencegahan penularan dan penyebaran covid di dalam lapas, mengingat tingkat over kapasitas hunian lapas yang tinggi tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemerintah dalam rangka antisipasi gangguan keamanan di dalam lapas.

Pada tahun 2020, Lapas Tenggarong telah membebaskan sebanyak 105 warga binaan untuk menjalani asimilasi di rumah sekaligus menjadikan lapas tenggarong sebagai salah satu UPT di Kalimantan Timur yang terbanyak melaksanakan program asimilasi ini.

Dalam pelaksanaannya banyak hal yang dirasakan oleh rini juga, ibu dari 2 orang ini, diantaranya disaat dirinya tidak bisa berkumpul dengan buah hatinya karena harus mempersiapkan dokumen usulan.

"Sering kali saya tidak bisa berkumpul dengan anak-anak dikarenakan harus mempersiapkan dokumen usulan, tapi alhamdulillah anak-anak bisa memahami tugas dari bundanya dan bagi diri saya ini adalah kewajiban saya sebagai petugas pemasyarakatan," ujarnya.

Disinggung bagaimana me-manage waktu antara tugas kedinasan dengan keluarga, bagi wanita yang suka hobby bola voli ini menjelaskan, kuncinya adalah menjaga komunikasi dengan anak-anak dan suami serta memberikan pemahaman kepada mereka.

Dirinya selalu menyempatkan untuk menghubungi anak-anak dan suaminya di sela-sela jam istirahat kantor dan tidak jarang harus juga mendampingi kedua buah hatinya kala harus belajar online melalui sambungan telepon.

"Kuncinya adalah selalu komunikasi dengan anak-anak dan suami walau hanya lewat telepon," ungkapnya.

Bagi Rini, melihat raut kebahagiaan warga binaan yang bebas karena mendapatkan program asimilasi membuat dirinya haru dan menjadi obat semangat tersendiri bagi dirinya walau harus sering pisah dengan keluarganya selama mempersiapkan program tersebut.

Agus Dwirijanto, Kalapas Tenggarong menuturkan, bahwa dirinya sangat bangga terhadap seluruh jajarannya yang tak kenal lelah dan berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi warga binaan khusus dalam program asimilasi ini. Termasuk bagi seorang Rini Risnawaty yang olehnya dianggap tidak hanya sebagai wanita yang kuat namun tangguh pula. Hal ini cukup beralasan mengingat keseharian dia berangkat kerja dari Loa Janan, Samarinda menuju Lapas Tenggarong dengan jarak tempuh selama 60 menit.

"Saya bangga terhadapnya Ibu Rini, tidak hanya sebagai petugas namun juga sebagai seorang ibu, dia wanita yang kuat dan tangguh serta selalu berusaha menjadi role model bagi rekan-rekan sejawat diantaranya dalam disiplin kerja," imbuhnya.

Pada semester pertama tahun 2021 ini, lapas tenggarong telah memprogramkan sebanyak 129 orang warga binaan untuk mendapatkan asimilasi di rumah, dan pada Kamis (8/7/2021) kemarin telah dibebaskan sebanyak 35 orang warga binaan dan jumlah ini bisa bertambah seiring pasca pemberian remisi umum 17 Agustus nanti.

Herry Muh. Ramdan, Kabapas Samarinda yang berkesempatan hadir dalam pembebasan tersebut menyampaikan bahwa ada hak dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh setiap warga binaan yang bebas, diantaranya adalah lapor setiap bulan ke kantor bapas, menjadi pelopor penerapan protokol kesehatan baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. (One)

Pasang Iklan
Top